Sekolah inklusi adalah sekolah yang
menggabungkan layanan pendidikan khusus dan regular dalam satu sistem
persekolahan, dimana siswa berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan khusus
sesuai dengan potensinya masing-masing dan siswa regular mendapatkan layanan
khusus untuk mengembangkan potensi mereka sehingga baik siswa yang berkebutuhan
khusus ataupun siswa regular dapat bersama-sama mengembangkan potensi
masing-masing dan mampu hidup eksis dan harmonis dalam masyarakat.
Dalam
sekolah inklusi ada kurikulum individual yaitu kurikulum khusus individu
tertentu sehingga dengan metode seperti ini, sistem kurikulum mencoba
mengembangkan anak sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Tujuannya adalah
membimbing anak untuk sukses dalam kehidupan masyarakat dengan bakat yang
mereka miliki. Walaupun sekolah inklusi memiliki kurikulum individual bukan
berarti kurikulum nasional diabaikan. Kurikulum individual itu sebagai
pelengkap atau penyempurna kurikulum nasional sehingga perserta didik mampu
lebih mengoptimalkan potensinya.
Sebelum
sekolah inklusi berkembang, di Indonesia berkembang model sekolah Segregasi dan
Integratif. Sekolah Segregasi yaitu sekolah yang menempatkan anak-anak
berkebutuhan khusus (tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunagrahita) ditempatkan
sekolah khusus semacam sekolah luar biasa (SLB). Sedangkan sekolah integratif
adalah sekolah yang memiliki kurikulum standar dan menghendaki setiap siswa
untuk menempuh kurikulum tersebut. Biasanya yang dapat bersekolah di sekolah ini
adalah siswa-siswa yang memiliki fisik dan mental yang normal. Sekolah model
integratif ini adalah sekolah-sekolah yang banyak diketahui oleh masyarakat
pada umumnya.
Sekolah
Segregasi memang dirancang baik kurikulum maupun sarana prasarana untuk anak special
need. Tetapi dalam
kehidupan mereka kelak, mereka akan berbaur dan berinteraksi dengan masyarakat.
Hal ini membuat mereka sukar beradaptasi karena keluar dari lingkaran
kenyamanan komunitas special need masuk dalam lingkungan yang baru
yaitu masyarakat. Hal ini akan menjadi masalah ketika dua komunitas tersebut
berbaur dalam masyarakat. Sekolah integratif yang pada umumnya terdiri dari
siswa-siswa regular akan terasa asing dengan kehadiran special
need, hal ini
disebabkan karena mereka belum mengenal, mengetahui, dan memahami tentang special
need. Untuk membiasakan
anak-anak special need supaya mampu berinteraksi dalam
masyarakat dan mampu hidup eksis dalam masyarakat dan bagi siswa regular
tercipta pengetahuan, pemahaman serta peran aktif dalam berinteraksi dengan
special need maka perlu adanya sebuah sistem sekolah yang memepertemukan mereka
dalam satu sistem sekolah yaitu sekolah inklusi.
Sekolah
inklusi pada dasarnya bertujuan merangkul semua siswa berbagai latar belakang
dan kondisi dalam satu sistem sekolah dan mencoba untuk menemukan dan
mengembangkan potensi siswa yang majemuk tersebut. Dalam mengembangkan potensi
siswa tidak hanya diterapkan kepada siswa special need tetapi juga siswa yang lain yang
bukan special need.
Pada dasarnya setipa siswa memiliki potensi, Cuma kadang yang menajdi masalah
adalah sekolah kurang jeli melihat potensi tiap-tiap siswa dan tidak ada progam
individual untuk mengembangkan potensi masing-masing siswa tersebut. Dalam multiple
intelligences oleh Howard Gardner di jelaskan bahwa
kecerdasan/potensi seseorang tidak bertumpu pada kecerdasan intelektual saja,
tetapi ada banyak kecerdasan yang lain, misalnya kecerdasan logis matematis
yaitu berpikir dengan penalaran, mendudukan masalah secara logis, ilmiah dan
kemampuan matematik. Ada kecerdasan linguistik verbal yaitu kemahiran dalam
berbahasa untuk berbicara, menulis, membaca, menghubungkan dan menafsirkan. Ada
juga kecerdasan musikal ritmik misalnya menyanyi, irama, melodi dan alat musik.
Ada kecerdasan interpersonal yaitu keterampilan manusia dalam berinteraksi dan
berkomunikasi dengan manusia lain, mislanya dalam organisasi, memimpin,
berpidato, bersosialisasi. Seseorang yang pandai menari, berolah raga, bermain
drama merupakan seseorang yang memiliki kecerdasan kinestetik. Ada juga
seseorang yang memiliki kecerdasan spacial visual misalnya seorang desainer,
illustrator, peluksi. Selain itu ada juga kecerdasan naturalis dan
intrapersonal. Setiap manusia pasti memiliki kedelapan kecerdasan diatas
walaupun kuat disatu sisi dan lemah disisi lain.
Sekolah-sekolah
di Indonesia pada umumnya terlalu fokus pada kecerdasan intelektual saja,
sehingga kecerdasan yang lain kurang begitu ditangani apalagi dikembangkan.
Disinilah peran sekolah inklusi di masa depan sebagai sekolah yang mampu
menemukan dan mengembangkan potensi-potensi siswa baik siswa special
need ataupun siswa reguler sehingga menjadi siswa
yang sepcialis dan berkembang sesuai dengan bakat dan potensinya. Kelak,
generasi tersebut akan menjadi generasi yang ahli, harmonis dan memberi manfaat
bagi diri sendiri, masyarakat dan bangsa
Sumber : http://www.kompasiana.com/randyaw/prospek-sekolah-inklusi-sebagai-sekolah-masa-depan_550dd57ba33311a52dba7d5f