Jumat, 05 Mei 2023

Pembelajaran Berdiferensiasi

 

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid.

 

Melakukan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan. Bukan. Guru tentunya bukanlah malaikat bersayap atau Superman yang bisa ke sana kemari untuk berada di tempat yang berbeda-beda dalam satu waktu dan memecahkan semua permasalahan.

 Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

  1.  Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga murid-muridnya.
  2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana guru akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
  3. Bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Bagaimana guru memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang proses belajar mereka.
  4. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas, namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun murid melakukan kegiatan yang mungkin berbeda-beda, namun kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
  5. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan, dan kemudian menyesuaikan rencana dan proses pembelajaran.

Kamis, 20 April 2023

Koneksi Antar Materi Modul 3.1: Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

Koneksi Antar Materi
Modul 3.1 : Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin
I Gusti Made Oka
Guru SMA Negeri 1 Banjar
Calon Guru Pengerak Angkatan 7 Kabupaten Buleleng

 

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert

 

Menurut pemikiran saya, maksud dari kutipan di atas adalah: 1) Belajar bukan hanya pencapaian dalam bidang materi pembelajaran, pengetahuan dan atau keterampilan, tetapi nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam capaian belajar tersebut, seperti nilai-nilai kebajikan universal dalam menjalani kehidupan. Pengambilan keputusan yang menjungjung nilai kebajikan dan bertangung jawab tidak bisa dilakukan satu atau dua kali tetapi terus diasah dan dipraktiikan sehingga ketajaman dalam pengambilan keputusan yang bertangungjawab bisa dilakukan dengan lebih akurat, 2) Nilai-nlai yang dianut seseorang akan membantu dalam mengambil keputusan yang bertangung jawab  dan berdampak positif di masa depan, dan 3) Kontribusi yang dilakukan adalah menyediakan ekosistem pembelajaran yang menuntun, berpihak pada murid dan merspon kebutuhan murid. Pembimbingan dengan teknik coaching akan mengoptimalkan potensi murid dalam menyelesaikan masalahnya sendiri.

    

Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Menurut pemikiran saya, maksud dari kutipan di atas adalah: Pengambilan sebuah keputusan merupakan seni dalam mengelola permasalahan.  Mengelola permalahan diperlukan  kepribadian yang baik, pengetahuan tentang pengambilan keputusan dan kejelian. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran  kemampuan dalam pengambilan keputusan yang menjunjung nilai-nilai kenajikan, berpihak pada murid, dan bertanggungjawan terhadap konsekuansi yang ditimbulkan  menjadi dasar yang utama yang harus dipertimbangkan. Setiap keputusan yang diambil akan memberikan dampak dimasa depan, dengan demikian keputusan tersebut harus berpihak pada murid.  Dalam konteks pembelajaran, pendidik menyediakan ekosistem yang nyaman, aman dan kondusif dalam menunbuh kembangkan potensi murid sesuai dengan kodrat alam dan zamannya sesuai dengan filosofi pendidikan KHD.

 

  

Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran  (Koneksi Antar materi)

  • Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Dalam filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, bahwa tujuan dari pendidikan adalah  menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.Dalam hubungannya dengan hal tersebut, sebagai seorang pendidik memberikan tauladan, semangat dan semangat dalam proses pendidikan dan pembelajaran anak. Prapta Triloka Ki Hajar Dewantara yang  terdiri atas tiga semboyan yaitu : Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Semboyan tersebut artinya adalah "di depan memberi teladan", "di tengah membangun motivasi", dan "di belakang  memberikan dukungan". Hal ini akan akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan untuk mendidik murid menjadi lebih baik baik pengembangan budi dan karakter anak. Keputusan yang diambil semestinya harus memberikan contoh bagi anak untuk menjadi tauladan. Keputusan juga harus memotivasi anak untuk terus berkembang kearah lebih. Keputusan juga bisa mendorong anak untuk termotivasi dalam proses pendidikan. Keputusan yang diambil tidak mesti harus nyaman untuk anak, terkadang keputusan yang tidak nyaman bagi anak akan membangkitkan alam bawah sadar untuk terus memperbaiki diri dan menuntun anak menjadi pribadi yang cerdas dan berkarakter.

  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Keputusan  yang diambil harus berdampak positif bagi anak bagi anak. Hal ini akan tercapai jika ada nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri. Nilai-nilai kebajikan universal tesebut menjadi roh dalam pengambilan keputusan. Dilihat dari nilai-nilai pribadi sebagai seorang pemimpin pembelajaran menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pengambilan keputusan. Adapun nilai-nilai seorang pemimpin pembalajaran yang dimiliki, yaitu berpihak pada murid, mandiri, kolaboratif, inovatif dan reflektif. Dengan mengacu kepada lima nilai-nilai ini, diharapkan dalam pengambilan keputusan tersebut harus berpihak pada murid. Berpihak pada murid dalam arti, dalam pengambilan keputusan harus memperhatikan dampak bagi masa depan murid.

Selasa, 18 April 2023

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI


“Semua pengetahuan terhubung ke semua pengetahuan lainnya. Yang menyenangkan adalah membuat koneksinya.”

(Arthur Aufderheide)

 

A.        Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha  atau serangkaian keputusan masuk akal (common sense) guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Di dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid. Pembelajaran diferensiasi sangat erat hubungannya dengan : 1) kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran guru dan siswa, 2) cara guru dalam merespon kebutuhan belajar murid yang secara kodrat beragam, 3) menciptakan lingkungan belajar yang memotivasi/mengundang  murid untuk belajar, 4)  menciptakan kelas yanf efektif sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan tepat, dan 5) proses penilaian yang berkelanjutan, baik dalam penilaian formatif  dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan sumatif sebagai capaiaan akhir siswa dalam pembelajaran.

 Hal inilah yang mendorong bahwa pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang bersifat humanis dan menghargai potensi kodrat yang dimiliki oleh murid. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa “Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.”.  Pernyataan lainnya adalah : “Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik, Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin.”

Pembelajaran berdiferensiasi bisa dilakukan di kelas diawali dengan melakukan  pemetaan terhadap kebutuhan belajar siswa yang meliputi 3 aspek. Ketiga aspek tersebut, yaitu : 1) Kesiapan belajar murid (readiness), 2)  Minat murid , dan 3) Profil belajar murid.  Kesiapan belajar siswa dalam hal ini adalah kapasitas  untuk mempelajari materi, konsep atau keterampilan yang baru.  Tujuan utama dalam  memperhatikan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar ini adalah memastikan bahwa semua siswa diberikan pengalaman belajar yang menantang secara tepat sesuai dengan potensi yang dimilikinya.  Dalam hubungannya dengan minat, bagaimana merangsang murid untuk memberikan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Dengan demikian pembelajaran yang dilakukan akan menjadi menyenangkan. Aspek profil belajar murid berhubungan dengan sebagai individu paling baik belajar.  Hal ini memungkinkan siswa dalam belajar secara alami sesuai dengan potensi dan lingkungan belajarnya.

 

Senin, 14 September 2015

Pemerintah akan Menguji Kompetensi Seluruh Guru Akhir November




Pemerintah berencana akan menguji kompetensi terhadap seluruh guru pada akhir November tahun ini. Ujian ini dilakukan sebagai pemetaan terhadap kompetensi yang dimiliki guru. Ujian akan digelar di sebanyak 5.000 tempat uji kompetensi (TUK).



Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud Sumarna Surapranata menyampaikan, selama ini pemerintah baru memiliki potret uji kompetensi guru (UKG) terhadap 1,6 juta guru. Dari jumlah tersebut, kata dia, hanya 192 orang yang kompetensinya di atas 90. "Akhir November akan menguji seluruh guru tanpa kecuali," katanya saat memberikan keterangan pers di Kemendikbud, Jakarta, Senin (7/10/2015).

Sumarna mengatakan, dengan ujian ini akan diketahui kemampuan guru. Bagi guru yang kompetensinya kurang, kata dia, akan diberikan pembekalan melalui pengembangan profesi berkelanjutan. "Tidak melulu tatap muka, tetapi bisa daring," katanya.
Guru-guru akan dikelompokkan sesuai kemampuannya mengacu pada hasil ujian tersebut. Mereka yang meraih skor tinggi cukup mengikuti pembekalan wajib selama 4-10 jam. Sementara yang meraih skor kurang akan lebih banyak jumlah jamnya.

Sumarna menyebutkan, saat ini rata-rata nilai UKG 4,7. Target renstra tahun ini, kata dia, rata-rata nilai UKG 5,5. "Nanti tahun 2019 rata-rata kompetensi guru 8,0," katanya.

Untuk mencapai target tersebut, lanjut Sumarna, berbagai macam perlakuan dilakukan terhadap guru. Namun demikian, kata dia, peningkatan kompetensi guru bukan melulu tugas pemerintah, tetapi kewajiban individu guru juga ada. "Target kita adalah melakukan ujian terhadap mereka dan akan dilakukan peningkatan kompetensi.





Sumber : http://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/siaranpers/4609

Minggu, 23 Agustus 2015

Prospek Sekolah Inklusi Sebagai Sekolah Masa Depan




Sekolah inklusi adalah sekolah yang menggabungkan layanan pendidikan khusus dan regular dalam satu sistem persekolahan, dimana siswa berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan khusus sesuai dengan potensinya masing-masing dan siswa regular mendapatkan layanan khusus untuk mengembangkan potensi mereka sehingga baik siswa yang berkebutuhan khusus ataupun siswa regular dapat bersama-sama mengembangkan potensi masing-masing dan mampu hidup eksis dan harmonis dalam masyarakat. 

Dalam sekolah inklusi ada kurikulum individual yaitu kurikulum khusus individu tertentu sehingga dengan metode seperti ini, sistem kurikulum mencoba mengembangkan anak sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Tujuannya adalah membimbing anak untuk sukses dalam kehidupan masyarakat dengan bakat yang mereka miliki. Walaupun sekolah inklusi memiliki kurikulum individual bukan berarti kurikulum nasional diabaikan. Kurikulum individual itu sebagai pelengkap atau penyempurna kurikulum nasional sehingga perserta didik mampu lebih mengoptimalkan potensinya.


Sebelum sekolah inklusi berkembang, di Indonesia berkembang model sekolah Segregasi dan Integratif. Sekolah Segregasi yaitu sekolah yang menempatkan anak-anak berkebutuhan khusus (tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunagrahita) ditempatkan sekolah khusus semacam sekolah luar biasa (SLB). Sedangkan sekolah integratif adalah sekolah yang memiliki kurikulum standar dan menghendaki setiap siswa untuk menempuh kurikulum tersebut. Biasanya yang dapat bersekolah di sekolah ini adalah siswa-siswa yang memiliki fisik dan mental yang normal. Sekolah model integratif ini adalah sekolah-sekolah yang banyak diketahui oleh masyarakat pada umumnya.


Sekolah Segregasi memang dirancang baik kurikulum maupun sarana prasarana untuk anak special need. Tetapi dalam kehidupan mereka kelak, mereka akan berbaur dan berinteraksi dengan masyarakat. Hal ini membuat mereka sukar beradaptasi karena keluar dari lingkaran kenyamanan komunitas special need masuk dalam lingkungan yang baru yaitu masyarakat. Hal ini akan menjadi masalah ketika dua komunitas tersebut berbaur dalam masyarakat. Sekolah integratif yang pada umumnya terdiri dari siswa-siswa regular akan terasa asing dengan kehadiran special need, hal ini disebabkan karena mereka belum mengenal, mengetahui, dan memahami tentang special need. Untuk membiasakan anak-anak special need supaya mampu berinteraksi dalam masyarakat dan mampu hidup eksis dalam masyarakat dan bagi siswa regular tercipta pengetahuan, pemahaman serta peran aktif dalam berinteraksi dengan special need maka perlu adanya sebuah sistem sekolah yang memepertemukan mereka dalam satu sistem sekolah yaitu sekolah inklusi.


Sekolah inklusi pada dasarnya bertujuan merangkul semua siswa berbagai latar belakang dan kondisi dalam satu sistem sekolah dan mencoba untuk menemukan dan mengembangkan potensi siswa yang majemuk tersebut. Dalam mengembangkan potensi siswa tidak hanya diterapkan kepada siswa special need tetapi juga siswa yang lain yang bukan special need. Pada dasarnya setipa siswa memiliki potensi, Cuma kadang yang menajdi masalah adalah sekolah kurang jeli melihat potensi tiap-tiap siswa dan tidak ada progam individual untuk mengembangkan potensi masing-masing siswa tersebut. Dalam multiple intelligences oleh Howard Gardner di jelaskan bahwa kecerdasan/potensi seseorang tidak bertumpu pada kecerdasan intelektual saja, tetapi ada banyak kecerdasan yang lain, misalnya kecerdasan logis matematis yaitu berpikir dengan penalaran, mendudukan masalah secara logis, ilmiah dan kemampuan matematik. Ada kecerdasan linguistik verbal yaitu kemahiran dalam berbahasa untuk berbicara, menulis, membaca, menghubungkan dan menafsirkan. Ada juga kecerdasan musikal ritmik misalnya menyanyi, irama, melodi dan alat musik. Ada kecerdasan interpersonal yaitu keterampilan manusia dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lain, mislanya dalam organisasi, memimpin, berpidato, bersosialisasi. Seseorang yang pandai menari, berolah raga, bermain drama merupakan seseorang yang memiliki kecerdasan kinestetik. Ada juga seseorang yang memiliki kecerdasan spacial visual misalnya seorang desainer, illustrator, peluksi. Selain itu ada juga kecerdasan naturalis dan intrapersonal. Setiap manusia pasti memiliki kedelapan kecerdasan diatas walaupun kuat disatu sisi dan lemah disisi lain.


Sekolah-sekolah di Indonesia pada umumnya terlalu fokus pada kecerdasan intelektual saja, sehingga kecerdasan yang lain kurang begitu ditangani apalagi dikembangkan. Disinilah peran sekolah inklusi di masa depan sebagai sekolah yang mampu menemukan dan mengembangkan potensi-potensi siswa baik siswa special need ataupun siswa reguler sehingga menjadi siswa yang sepcialis dan berkembang sesuai dengan bakat dan potensinya. Kelak, generasi tersebut akan menjadi generasi yang ahli, harmonis dan memberi manfaat bagi diri sendiri, masyarakat dan bangsa



Sumber : http://www.kompasiana.com/randyaw/prospek-sekolah-inklusi-sebagai-sekolah-masa-depan_550dd57ba33311a52dba7d5f

Kemendikbud Ajak Sekolah Budayakan Hidup Bersih dan Sehat


Depok, Kemendikbud --- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Lomba Sekolah Sehat (LSS) yang telah dilaksanakan sejak tahun 1991, mengajak seluruh sekolah di Indonesia untuk menanamkan budaya hidup bersih dan sehat kepada peserta didik dimulai dari lingkungan sekolah. Penanaman pola hidup bersih dan sehat ini juga didukung dengan diterbitkannya Surat Keputusan Bersama Nomor 1/U/SKB/2003, tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah.

Surat Keputusan Bersama tersebut ditandatangani pada tahun 2003, oleh Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri. “Implementasi sekolah bersih dan sehat ini kita wujudkan melalui LSS, dan diharapkan melalui lomba ini pun dapat menjadi wahana sosialisasi dan mengajak seluruh sekolah untuk membudayakan perilaku sehat dan bersih,” disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Hamid Muhammad pada acara pemberian penghargaan Lomba Sekolah Sehat, di Depok, Jawa Barat, Minggu (16/08/2015).

Hamid mengatakan, jika LSS dapat dimaksimalkan sebagai wahana sosialisasi budaya hidup bersih dan sehat di sekolah, ia meyakini akan berdampak yang luar biasa. “Saya melihat sampai sekarang pun masih ada sekolah yang belum menunjukan budaya hidup sehat melalui lingkungan sekolah yang bersih. Saya tidak akan pernah bosan menyampaikan pesan betapa pentingnya sekolah bersih dan sehat,” ujar Hamid.

Pembudayaan hidup bersih dan sehat di sekolah, kata Hamid, merupakan bagian dari penumbuhan nilai-nilai budi pekerti luhur. Ia pun mengajak kepada seluruh sekolah untuk mulai mengaktifkan kembali kelompok piket siswa untuk membersihkan ruang kelas. “Dengan membiasakan anak menjaga kebersihan yang dimulai dari sekolah, ini dampaknya akan luar biasa hingga anak tersebut dewasa. Ia akan selalu menjaga lingkungan sekitarnya tetap bersih dan sehat,” jelas Hamid.

Selain lingkungan kelas dan halaman sekolah, tutur Hamid, juga menjadi perhatian penting adalah kebersihan toilet sekolah. Ia menuturkan beberapa sekolah masih terlihat belum memberikan perhatian terhadap kebersihan toilet. “Oleh sebab itu konsep ke depan kita akan menerapkan toilet guru didekatkan dengan toilet siswa, karena selama ini yang selalu bersih adalah toilet guru saja. Dengan berdekatannya toilet guru dan siswa diharapkan guru turut memantau kebersihan toilet siswa,” kata Hamid. (Seno Hartono)  

http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/4506

Rabu, 22 Juli 2015

Wajib Belajar 12 Tahun Diamanatkan Nawacita



Jakarta, Kemendikbud --- Jelang memasuki tahun ajaran baru 2015/2016,  dalam Nawacita diamanatkan penerapan Wajib Belajar (Wajar) 12 tahun. Merujuk pada Nawacita tersebut, penerapan Wajib Belajar 12 tahun sudah harus dimulai di semua sekolah di jenjang dengan pendidikan menengah. Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Hamid Muhammad dalam rapat koordinasi dengan kepala dinas pendidikan se-Indonesia di Kantor Kemendikbud Jakarta, Jumat (10/07/2015). “Arahan khusus Presiden Joko Widodo yang eksplisit tersebut harus kita tindaklanjuti,” ucapnya.

Amanah Wajib Belajar 12 tahun, kata Hamid, tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019, bertujuan untuk memberikan layanan, perluasan, dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara Indonesia usia sampai dengan 21 tahun sampai dengan jenjang pendidikan menengah .

“Untuk mewujudkan wajib belajar 12 tahun tersebut, pemerintah akan melakukan intervensi dengan target Angka Partisipasi Kasar (APK) tahun 2020 sebesar 93,6 persen,” jelas Hamid. Hamid menambahkan, untuk mendukung intervensi terhadap wajib belajar tersebut perlu adanya peningkatan mutu pendidikan, sebagai upaya mewujudkan Wajib Belajar 12 tahun yang berkualitas. “Menjaga mutu wajib belajar ini nanti yang akan mengawal adalah Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP),” ujarnya.

Upaya lain dilakukan pemerintah untuk mewujudkan Wajib Belajar 12, jelas Hami. Pemerintah akan melakukan pembangunan gedung sekolah menengah,  sekitar 900 unit sekolah baru. Unit sekolah baru tersebut terdiri dari 450 untuk pendirian SMA, dan 450 SMK. Diharapkan dinas pendidikan provinsi mulai dari sekarang sudah harus memetakan daerah mana saja yang akan kita bangun SMA dan SMK di setiap kabupaten/kota. Hal ini sebagai upaya menjagkau anak-anak kita yang belum terlayani,” pungkas Hamid. (Seno Hartono)


Sumber : http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/4366

Penumbuhan Budi Pekerti Lewat Kegiatan Non-Kurikuler


Jakarta, Kemendikbud --- Bersamaan dengan dimulainya tahun pelajaran 2015/2016, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mencanangkan “Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti” melalui serangkaian kegiatan non kurikuler. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan dalam kegiatan harian dan periodik wajib maupun pilihan untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai dan karakter positif. 
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengatakan, ketika orangtua mengantarkan anaknya ke sekolah, maka saat itu pula terjadi penyerahan kepercayaan kepada guru dan sekolah untuk mendidik anaknya. Dan bagi sekolah, pendidikan juga bukan sekadar statistik semata. “Akan kita siapkan sekolah untuk juga menyambut orangtua,” kata Mendikbud beberapa waktu lalu, di Jakarta.
Budi pekerti luhur yang diharapkan dapat tumbuh lewat gerakan ini mencakup beberapa hal, di antaranya: internalisasi nilai moral dan spiritual dalam kehidupan, rasa kebangsaan dan cinta tanah air, interaksi positif antara peserta didik dengan guru dan orangtua, juga interaksi positif antar siswa. Selain itu, diharapkan pula tumbuhnya pengembangan potensi utuh siswa, pemeliharaan lingkungan sekolah yang mendukung iklim pembelajaran, dan pelibatan orangtua dan masyarakat.

Alur pembudayaan yang dilakukan dalam gerakan penumbuhan budi pekerti dimulai dengan diajarkan. Contoh kasus: hidup bersih. Siswa diajarkan tentang cara hidup bersih dan bahaya hidup kotor. Setelah diajarkan, mereka dibiasakan untuk membersihkan yang kotor dan membuang sampah pada tempatnya. Pembiasaan ini membutuhkan komitmen, sehingga anak dilatih untuk konsisten. Mereka diarahkan bila tidak mengerjakan, dan ditegur jika dilanggar.
Setelah menjadi kebiasaan, tanpa disadari anak-anak akan membersihkan dan membuang sampah pada tempatnya. Karena terbiasa bersih, mereka akan tidak nyaman melihat jika ada sampah yang tidak pada tempatnya. Saat itulah terbentuk karakter bersih yang berujung pada masyarakat yang berbudaya hidup bersih.

Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan dalam mendukung gerakan ini di sekolah dapat dimulai sejak sebelum memulai pembelajaran. Salah satu contohnya adalah membaca buku non-pelajaran sekitar 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai. Ketika pelajaran dimulai, diawali dengan berdoa yang dipimpin oleh siswa di bawah bimbingan guru. Juga, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan/atau satu lagu wajib nasional atau lagu terkini yang menggambarkan semangat cinta tanah air. Demikian pula ketika mengakhiri pembelajaran, peserta didik diajak untuk menyanyikan satu lagu daerah (dari seluruh nusantara), dan berdoa dipimpin bergantian oleh siswa di bawah bimbingan guru.

Selain kegiatan harian seperti disebutkan di atas, penumbuhan budi pekerti juga dilakukan dalam rutinitas mingguan sekolah. Misalnya, upacara bendera tiap hari Senin dan olah raga bersama seluruh warga sekolah minimal seminggu sekali. Ada pula pembiasaan baik yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat jadwal piket membersihkan kelas dan lingkungan sekolah secara bergantian.
Penumbuhan budi pekerti juga perlu didukung dengan pelibatan orangtua dan lingkungan masyarakat. Untuk itu perlu pertemuan wali kelas dan orangtua siswa untuk menjelaskan visi, misi, dan aturan sekolah serta tahapan belajar siswa. Siswa juga dapat dibiasakan belajar kelompok baik di sekolah maupun di rumah dengan sepengetahuan guru dan orangtua. 
Pembiasaan baik di masyarakat pun dapat dilakukan siswa dengan terlibat dalam memecahkan masalah nyata di lingkungan serta. Masyarakat dari berbagai profesi pun dapat berpartisipasi dengan berbagi ilmu dan pengalaman kepada siswa di sekolah.

http://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/4382

Sabtu, 23 Mei 2015

Mendikbud: Terapkan Sekolah Menyenangkan, Mulai dari Guru dan Kepala Sekolah

Makassar, Kemendikbud --- Sekolah merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengajak kepada seluruh lembaga pendidikan untuk menjadikan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan. Hal tersebut seperti yang dituliskan oleh Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, dalam konsep yang telah dibuat untuk menjadikan sekolah sebagai taman.  
"Taman ini adalah tempat yang menyenangkan. Untuk itu, inilah yang diharapkan menjadikan sekolah sebagai tempat belajar yang menyenangkan," demikian disampaikan Mendikbud pada acara bincang-bincang bersama Ikatan Guru Indonesia (IGI) dan Media Massa wilayah Sulawesi Selatan, di Kota Makassar, Sabtu (16/05/2015).  
Konsep sekolah menyenangkan ini, kata Mendikbud, dimulai dari peran guru dan kepala sekolah. Dengan begitu, konsep sekolah menyenangkan tidak boleh diasosiasikan dengan tempat pembelajaran yang mewah dan mahal. Suasana menyenangkan dapat muncul ketika seorang pendidik dapat membawakan suasana belajar yang tidak menegangkan, dan menerapkan berbagai pola pembelajaran yang menyenangkan.  
"Jika guru dan kepala sekolahnya tidak menyenangkan, jangan harap sekolah bisa menjadi tempat belajar yang menyenangkan. Untuk itu mari kita lakukan hal yang berbeda," ajak Mendikbud.  
Pendidik dapat menanyakan kepada siswa, pola pembelajaran seperti apa yang diharapkan. Dengan adanya keterlibatan siswa ini, Mendikbud mengatakan, suasana pembelajaran di sekolah akan lebih kondusif. Bila siswa merasakan nyaman dalam proses belajar di sekolah, Mendikbud meyakini prestasi para siswa tersebut akan lebih meningkat.  
"Tidak boleh terlupakan, selain sekolah juga sebagai tempat belajar yang menyenangkan, juga sekolah harus dapat menunjukan sebagai tempat belajar yang berintegritas. Guru dan kepala sekolah dapat menjadi teladan bagi para siswa," pesan Mendikbud. (Seno Hartono)

Sumber : http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/4196

Indeks Integritas UN SMA/Sederajat Tingkat Kabupaten/Kota Diumumkan

Jakarta, Kemendikbud --- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengumumkan indeks integritas ujian nasional (IIUN) tingkat kabupaten/kota bagi jenjang SMA/sederajat, Senin (18/05/2015). IIUN ini juga dikirimkan kepada kepala daerah sebagai hasil pemetaan pendidikan nasional.
 
Mendikbud mengatakan, dengan diketahuinya hasil UN dan IIUN ini diharapkan dapat mendorong sekolah-sekolah di berbagai daerah juga pemangku kepentingan pendidikan di daerah tersebut untuk lebih berprestasi dan berintegritas. Dan tentu saja, kata dia, hasil pemetaan ini bisa menjadi media untuk menghilangkan praktik kecurangan. “Dari IIUN ini terlihat daerah mana saja yang berintegritas dan yang tidak,” katanya dalam konferensi pers yang digelar di kantor Kemendikbud, Senin (18/05/2015).
 
Dalam kesempatan tersebut, Mendikbud memaparkan beberapa contoh daerah yang memiliki integritas tinggi, salah satunya adalah Nusa Tenggara Timur (NTT). Provinsi ini tercatat sebagai provinsi yang memiliki integritas tinggi walaupun hasil UN nya masih rendah. Dari 22 kabupaten/kota di NTT, IIUN tertinggi adalah 80,61 yang diraih oleh Kabupaten Belu. Meskipun IIUN kabupaten ini tinggi, rata-rata nilai UN siswa di sini menurun 1,04 poin dari tahun lalu.
 
Secara nasional Mendikbud mengakui bahwa integritas dalam pelaksanaan UN masih rendah. Dan untuk NTT, ia mengatakan, dengan modal integritas ini intervensi yang akan dilakukan untuk daerah ini lebih mudah daripada intervensi bagi daerah yang memiliki nilai UN tinggi tapi integritasnya rendah. “NTT sudah memiliki modal karena integritas tinggi, perbaikan dilakukan dengan meningkatkan pembinaan prestasi akademik. Kalau daerah yang integritasnya rendah, itu harus dilakukan revolusi mental,” katanya.
 
Selain NTT, Menteri Anies juga menyebutkan nama Provinsi DKI Jakarta dan Kalimantan Timur sebagai daerah yang memiliki hasil UN dan IIUN tinggi. Secara umum, standar mutu sekolah-sekolah di Jakarta sudah lebih baik. Namun tidak demikian halnya dengan Kalimantan Timur, standar mutu di provinsi ini belum sebaik Jakarta tapi hasil yang diperoleh sangat memuaskan.

Sumber : http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/4204

Senin, 01 November 2010

Kepribadian

Kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa inggris, yaitu personality. Kata Personality sendiri berasal dari bahasa latin pesona, yang berarti topeng yang digunakan oleh para aktor dalam suatu permainan atau pertunjukan. Pada saat pertunjukan para aktor tidak menampilkan kepribadian yang sesungguhnya menyembunyikan kepribadiaannya yang asli, dan menampilkan dirinya sesuai dari topeng yang digunakannya.
Dalam kehidupan sehari-hari, kata kepribadian digunakan untuk menggambarkan (1) identitas diri, jati diri seseorang, seperti: “Saya seorang yang pandai bergaul dengan siapa saja”, atau “Saya seorang pendiam”, (2) kesan seseorang tentang diri anda atau orang lain, seperti “Dia agresif”, atau “Dia jujur”, dan (3) fungsi-fungsi kepribadian yang sehat atau bermasalah, seperti: “Dia baik”, atau “Dia pendendam”. Beberapa istilah dalam teori psikologi kepribadian diberi makna yabg berbeda-beda. Istilah yang berdekatan maknanya antara lain:
  1. Personality (kepribadian): penggambaran tingkah laku secara deskriptif tanpa memberi nilai (devaluative).
  2. Character (karakter): penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit.
  3. Dispotition (watak): karakter yang telah lama dimiliki dan sampai sekarang belum berubah.
  4. Temperamen (temperamen): kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan biologik atau fisiologik, disposisi hereditas.
  5. Traits (sifat): respon yang senada (sama) terhadap sekelompok stimuli yang mirip, berlangsung dalam kurun waktu yang (relatif) lama.
  6. Type–attribute (ciri): mirip dengan sifat, namun dalam kelompok stimuli yang lebih terbatas.
  7. Habit: kebiasaan respon yang sama cenderung berulang untuk stimulus yang sama pula.
Untuk memperoleh pemahaman tentang kepribadian, berikut dikemukakan beberapa pengertian dari para ahli.
  1. Hall dan Lindzey mengemukakan bahwa secara populer, kepribadian dapat diartikan sebagai (1) keterampilan atau kecakapan sosial (social skill), dan (2) kesan yang paling menonjol, yang ditunjukkan oleh seseorang terhadap orang lain (seperti orang yang dikesani sebagai agresif, atau pendiam).
  2. Woodworth mengemukakan bahwa kepribadian merupakan “kualitas tingkah laku total individu”.
  3. Stern mengemukakan bahwa kepribadian adalah kehidupan seseorang secara keseluruhan, individual, unik, usaha mencapai tujuan, kemampuannya bertahan dan membuka diri, kemampuan memperoleh pengalaman.
  4. Guilford mengemukakan bahwa kepribadian adalah pola trait-trait yang unik dari seseorang.
  5. Pervin mengemukakan kepribadian adalah seluruh karakteristik seseorang atau sifat umum banyak orang yang mengakibatkan pola yang menetap dalam merespon suatu situasi.
  6. Maddy atau Burt mengemukakan bahwa kepribadian adalah seperangkat karakteristik dan kecenderungan yang stabil yang menentukan keumuman dan perbedaan tingkah laku psikologik (berpikir, perasaan, dan perbuatan) dari seseorang dalam waktu yang panjang dan tidak dapat difahami secara sederhana sebagai hasil dari tekanan sosial dan tekanan biologik saat itu.
  7. Dashiell mengartikannya sebagai “gambaran total tentang tingkah laku individu yang terorganisasi”.
  8. Allport mengemukakan lima tipe definisi kepribadian sebagai berikut:
  • Rag-Bag (omnibus), yang merumuskan kepribadiannya dengan cara enumerasi (menjumlahkan).  Contohnya definisi dari Morton Prince, yaitu “kepribadian merupakan sejumlah disposisi biologis, impuls-impuls, kecenderungan-kecenderungan, dan insting-insting bawaan, dan disposisi lain yang diperoleh melalui pengalaman.
  • Integratif dan Konfiguratif, yang menekankan kepada organisasi cir-ciri pribadi, seperti definisi dari Warren dan Carmichaeles “kepribadian sebagai organisasi tentang pribadi manusia atau individu pada setiap tahap perkembangan”.
  • Hirarchis, seperti yang dikemukakan oleh Wlliam James, yaitu kepribadian itu dinyatakan dalam empat pribadi (selves): material self, social self, spiritual self, dan puriego atau self of self.
  • Adjustment, seperti definisi dari Kempfis, yaitu sebagai “integrasi dari sistem kebiasaan individu dalam menyesuaikan dirinya dalam lingkungannya”.
  • Distinctiveness (Uniqueness), seperti yang dikemukakan oleh Shoen, yaitu “sistem disposisi dan kebiasaan yang membedakan antara individu yang satu dengan yang lainnya dalam satu kelompok yang sama.

Selanjutnya Allport mengemukakan pendapatnya sendiri tentang pengertian kepribadian ini, yaitu “Personality is the dinamic organization within the individual of those psychophysical systems that determine his unique adjustment to his environtment”. Maksudnya adalah “kepribadian merupakan organisasi yang dinamis dalam individu tentang sistem psikofisik yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungannya”.
Pengertian tersebut dapat diartikan sebagai berikut :
  1. Dynamic, merujuk kepada perubahan kualitas perilaku (karakteristik) individu, dari waktu ke waktu, atau dari situasi ke situasi.
  2. Organization, yang menekankan pemolaan bagian-bagian struktur kepribadian yang independen, yang masing-masing bagian tersebut mempunyai hubungan khusus satu sama lainnya. Ini menunjukkan bahwa kepribadian itu bukan kumpulan sifat-sifat, dalam arti satu sifat ditambah dengan yang lainnya, melainkan keterkaitan antara sifat-sifat tersebut, yang satu sama lainnya saling berhubungan atau berinterelasi.
  3. 3. Psychophysical Systems, yang terdiri atas kebiasaan, sikap, emosi, motif, keyakinan, yang kesemuanya merupakan aspek psikis, tetapi mempunyai dasar fisik dalam diri individu, seperti: syaraf, kelenjar, atau tubuh individu secara keseluruhan. Sistem psikofisik ini meskipun mempunyai fondasi pembawaan, namun dalam perkembangannya lebih dipengaruhi oleh hasil belajar, atau diperoleh melalui pengalaman.
  4. Determine, yang menunjuk pada peranan motivasional sistem psikofisik. Dalam diri individu, sistem ini mendasari kegiatan-kegiatan yang khas, yang mempengaruhi bentuk-bentuk. Sikap, keyakinan, kebiasaan, atau elemen-elemen sistem psikofisik lainnya muncul melalui sistem stimulus, baik dari lingkungan, maupun dari dalam diri individu sendiri.
  5. Unique, yang menunjuk pada keunikan atau keragaman tingkah laku individu sebagai ekspresi dari pola sistem psikofisiknya. Dalam proses penyesuaian diri terhadap lingkungan, tidak ada reaksi atau respon yang sama dari dua orang, meskipun kembar identik
Berdasarkan pengerian teori dan kepribadian di atas maka, istilah teori kepribadian dapat diartikan sebagai “Seperangkat asumsi tentang kualitas tingkah laku manusia beserta definisi-definisi empirisnya.
Mengenai asumsi ini dapat diberikan contohnya sebagai berikut:
  1. Semua tingkahlaku dilatarbelakangi motivasi.
  2. Kecemasan yang tinggi menyebabkan penurunan mutu kegiatan bekerja atau belajar.
  3. Perkembangan (psikofisik) individu dipengaruhi oleh pembawaan, lingkungan, dan kematangan. Asumsi ini sering dinyatakan dalam formula.
  4. P (I)= F (H.E.T/M), dimana P= Person, I= Individu, F= Function, H= Heredity (pembawaan/keturunan), E= Environment (lingkungan), T= Time, dan M= Maturation (kematangan).
Menurut Pervin teori kepribadian itu merupakan upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan “what, how, dan why”. Pertanyaan “what” terkait dengan karakteristik seseorang dan bagaimana karakteristik tersebut diorganisasikan dalam hubungannya dengan orang lain. Seperti pertanyaan “Apakah dia jujur, ajeg, dan memiliki kebutuhan berprestasi yang tinggi?” Pertanyaan “how” merujuk kepada faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian, seperti “Bagaimana faktor genetika dan lingkungan berinteraksi dalam mempengaruhi kepribadian?” Sementara pertanyaan “why” merujuk kepada faktor motivasional individu berperilaku, seperti pertanyaan “Mengapa seseorang mengalami depresi?” Jawabannya mungkin, karena dia dihina orang, kehilangan orang yang dikasihinya, atau karena dia tidak lulus ujian.
Selanjutnya ia mengemukakan hakikat kepribadian manusia, yaitu sebagai berikut.
  1. Manusia merupakan makhluk yang unik dibandingkan dengan makhluk (species) lainnya, seperti hewan. Dibandingkan dengan hewan, manusia lebih tergantung kepada faktor psikologis, ia kurang tergantung kepada faktor biologis. Manusia mempunyai kemampuan berfikir konseptual, dan berbahasa atau berkomunikasi dengan menggunakan simbol-simbol, sedangkan hewan tidak memilikinya. Dengan kata lain yang membedakan manusia dan hewan adalah kemampuan berbahasa. Namun dalam hal kematangan, manusia lebih lambat dibandingkan dengan hewan.
  2. Tingkah laku manusia bersifat kompleks. Untuk memahami kepribadian harus mampu mengapresiasi tentang kompleksitas tingkah laku manusia. Seringkali terjadi satu perilaku muncul disebabkan oleh beberapa faktor, seperti masalah “depresi” yang telah dikemukakan di atas. Satu perilaku yang sama pada beberapa orang, mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yang berbeda-beda, seperti: Surini mengalami stress, karena dia takut tidak lulus ujian; sementara Budi mengalami stress, karena di PHK (diputus hubungan kerja) oleh kantornya.
  3. Manusia tidak selalu menyadari atau dapat mengontrol faktor-faktor yang menentukan tingkah lakunya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa dalam suatu saat manusia tidak dapat menjelaskan mengapa melakukan sesuatu, atau akan melakukan sesuatu dengan suatu cara yang sebenarnya berlawanan dengan keinginannya sendiri.

Pembelajaran Berdiferensiasi

  Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu m...