Kamis, 20 April 2023

Koneksi Antar Materi Modul 3.1: Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

Koneksi Antar Materi
Modul 3.1 : Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin
I Gusti Made Oka
Guru SMA Negeri 1 Banjar
Calon Guru Pengerak Angkatan 7 Kabupaten Buleleng

 

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert

 

Menurut pemikiran saya, maksud dari kutipan di atas adalah: 1) Belajar bukan hanya pencapaian dalam bidang materi pembelajaran, pengetahuan dan atau keterampilan, tetapi nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam capaian belajar tersebut, seperti nilai-nilai kebajikan universal dalam menjalani kehidupan. Pengambilan keputusan yang menjungjung nilai kebajikan dan bertangung jawab tidak bisa dilakukan satu atau dua kali tetapi terus diasah dan dipraktiikan sehingga ketajaman dalam pengambilan keputusan yang bertangungjawab bisa dilakukan dengan lebih akurat, 2) Nilai-nlai yang dianut seseorang akan membantu dalam mengambil keputusan yang bertangung jawab  dan berdampak positif di masa depan, dan 3) Kontribusi yang dilakukan adalah menyediakan ekosistem pembelajaran yang menuntun, berpihak pada murid dan merspon kebutuhan murid. Pembimbingan dengan teknik coaching akan mengoptimalkan potensi murid dalam menyelesaikan masalahnya sendiri.

    

Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Menurut pemikiran saya, maksud dari kutipan di atas adalah: Pengambilan sebuah keputusan merupakan seni dalam mengelola permasalahan.  Mengelola permalahan diperlukan  kepribadian yang baik, pengetahuan tentang pengambilan keputusan dan kejelian. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran  kemampuan dalam pengambilan keputusan yang menjunjung nilai-nilai kenajikan, berpihak pada murid, dan bertanggungjawan terhadap konsekuansi yang ditimbulkan  menjadi dasar yang utama yang harus dipertimbangkan. Setiap keputusan yang diambil akan memberikan dampak dimasa depan, dengan demikian keputusan tersebut harus berpihak pada murid.  Dalam konteks pembelajaran, pendidik menyediakan ekosistem yang nyaman, aman dan kondusif dalam menunbuh kembangkan potensi murid sesuai dengan kodrat alam dan zamannya sesuai dengan filosofi pendidikan KHD.

 

  

Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran  (Koneksi Antar materi)

  • Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Dalam filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, bahwa tujuan dari pendidikan adalah  menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.Dalam hubungannya dengan hal tersebut, sebagai seorang pendidik memberikan tauladan, semangat dan semangat dalam proses pendidikan dan pembelajaran anak. Prapta Triloka Ki Hajar Dewantara yang  terdiri atas tiga semboyan yaitu : Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Semboyan tersebut artinya adalah "di depan memberi teladan", "di tengah membangun motivasi", dan "di belakang  memberikan dukungan". Hal ini akan akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan untuk mendidik murid menjadi lebih baik baik pengembangan budi dan karakter anak. Keputusan yang diambil semestinya harus memberikan contoh bagi anak untuk menjadi tauladan. Keputusan juga harus memotivasi anak untuk terus berkembang kearah lebih. Keputusan juga bisa mendorong anak untuk termotivasi dalam proses pendidikan. Keputusan yang diambil tidak mesti harus nyaman untuk anak, terkadang keputusan yang tidak nyaman bagi anak akan membangkitkan alam bawah sadar untuk terus memperbaiki diri dan menuntun anak menjadi pribadi yang cerdas dan berkarakter.

  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Keputusan  yang diambil harus berdampak positif bagi anak bagi anak. Hal ini akan tercapai jika ada nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri. Nilai-nilai kebajikan universal tesebut menjadi roh dalam pengambilan keputusan. Dilihat dari nilai-nilai pribadi sebagai seorang pemimpin pembelajaran menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pengambilan keputusan. Adapun nilai-nilai seorang pemimpin pembalajaran yang dimiliki, yaitu berpihak pada murid, mandiri, kolaboratif, inovatif dan reflektif. Dengan mengacu kepada lima nilai-nilai ini, diharapkan dalam pengambilan keputusan tersebut harus berpihak pada murid. Berpihak pada murid dalam arti, dalam pengambilan keputusan harus memperhatikan dampak bagi masa depan murid.


  • Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, bertanggung jawab dan menjunjung nilai-nilai kebajikan universal ini harus menjadikan proses menuntun bagi murid. Keputusan yang telah diambil  dan dilaksanakan tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, dengan demikian efektifitas pelaksanaan keputusan bisa dilakukan dengan proses coaching. Coching ini dapat diakukan dalam proses refleksi.  Refleksi ini dilakukan dengan melakukan proses umpan bali yang bersifat reflektif. Dalam umpan balik tersebut dapat dilakukan dengan percakapan coaching. Dalam konteks pembelajaran, coaching merupakan proses  komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya. Melalui proses coaching ini pengambilan dan pelaksanaan keputusan akan lebih efektif dan berdampak positif bagi masa depan anak.

  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Saah satu faktor dalam pengambilan keputusan adalah kemampuan guru dalam kompetensi sosial dan emosional.  Pembelajaran Sosial dan Emosional bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.  Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) yang bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Melalui kompetensi sosial dan emosional ini, seorang guru betul-betul terbebas subjektifitas dan suasana batin  yang dimilikinya, sehingga keputusan yang diambil tidak terburu-buru dan bertanggung jawab.  Kemampuan guru dalam hadir sepenuhnya (mainfullnes) dalam kasus dilema etika akan cepat memahami apa yang dirasakan/terjadi, faktor-faktor pemicu, rasa empati dan memahami dan mendengarkan aktif tentang masalah tersebut, dengan demikian keputusan yang diambil bisa dilakukan dengan baik dan bertanggung jawab. 

  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Dalam hal pengambilan keputusan pada masalah moral atau etika, nilai-nilai yang dianut seorang pendidik menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Identifikasi dalam masalah moral dan etika adalah bagaimana nilai-nilai yang saling bertentangan. Jika jawabannya adalah situasi benar dan benar maka dikategikan  sebagai dilema etika, namun jika situasi benar dan salah maka dikategorikan sebagai bujukan moral. Sebagai seorang pendidik sebagai pamong, menuntun dan nilai-nilai kebajikan universal, tentunya bujukan moral bukan pilihan yang bijak dan harus dihindari karena melanggah hukum. Dalam masalah etika (dilema etika), keputusan yang diambil sangat tergantung kepada pribadi seorang pendidik. Pendidik yang lebih mempertimbangkan hasil akhir, tentunya keputusannya akan berbasis end-based thinking. Pendidik yang taat dengan aturan/ azas, keputusannya akan berbasis aturan, rule-based thinking dan pendidik yang berbasis peduli akan mengambil keputusan berbasis kepedulian, care-based thingking. Ketiga pendekatan tersebut tidak salah sepanjang keputusan tersebut bertanggung jawab, berdampak positif dan memenuhi nilai-nilai kebajikan.

  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Keputusan yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman adalah keputusan yang diambil berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal, bertanggung jawab, berpihak pada murid dan meminimalkan resiko yang ditimbulkan. Pro dan kontra dalam setiap keputusan pasti ada, ini adalah hal yang lami dan disadari bahwa keputusan yang diambil tidak bisa memuskan semua pihak.

  • Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan yang dihadapi dalam menjalan keputusan dalam kasus delima etika adalah tidak bisa memuaskan semua pihak. Keputusan yang diambil dalam dilema etikan hakikatnya adalah keputusan yang benar dari pilihan yang benar. Akan tetapi keputusan yang diambil harus menjungjung nilai-nilai universal dan bertanggung jawab. Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan dan pengajaran memberikan ruang tersendiri dalam sudut pandang di sekolah. Pendidik sebagai pamong dan menuntun, budaya positif, segitiga restitusi, pembelajaran berdiferensiasi, kompetensi sosial dan emosional, pembimbingan dalam bentuk coaching memberikan warna tersendiri dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

  • Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Dalam konteks pembelajaran, keputusan yang diambil harus mengacu kepada konsep pendidik sebagai among, menuntun anak untuk mencapai keselamatan dan kebagaiaan sebagai pribadi dan mahluk masyarakat. Keputusan tersebut juga harus berpihak pada murid dalam kaitannya dengan pengembangan potensi murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan belajar murid dengan pembelajaran berdiferensiasi. Diferensiasi bisa dilakukan dengan memperhatikan kesiapan belajar murid, minat dan profil belajar murid. Stateginya dapat dilakukan dengan berdiferensiasi konten, proses dan produk. Dalam kaitannya dengan proses pembentukan karakter, bimbingan dalam bentuk coaching akan memberikan ruang bagi anak dalam menumbuhkan daya lenting siswa dan memaksimalkan potensinya dalam mencari solusi secara mandiri. 

  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Setiap keputusan yang diambil secara konsekuensi akan memiliki dampak terhadap murid. Jika keputusan yang diambil tepat maka akan menimbulkan dampak yang positif dan membangun terhadap perkembangan fisik dan psikologis anak di masa depan. Demikian juga sebaliknya. Hal mendasar yang harus diingat bahwa dalam filosofi pendidikan KHD, bahwa anak memiliki keunikan tersendiri, tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alam dan zamannya.  Dengan demikian tugas dari seorang pendidik diibaratkan sebagai seorang petani yang menjaga tumbuh kembang anak secara optimal, salah satunya termasuk dalam setiap keputusan yang diambil harus berpihak pada anak di masa depan. Iklim pembelajaran yang mengedepankan kebutuhan anak dalam bentuk pembelajaran berdiferensiasi merupakan salah satu dalam merespon kepeberpihakan pada murid. Kompetensi sosial dan emosisonal yang dimiliki oleh pendidik akan memberikan rasa aman, kondusif, dan well being. Pembimbingan dengan teknik coaching untuk mengoptimalkan potensi murid. Sebagai seorang pemimin pembelajaran dalam mengambil keputusan harus memiliki kompetensi tersebut sehingga keputusan yang diambil akan berdampak pada masa depan murid. 

  • Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang diperoleh dari pembelajaran modul ini dengan modul sebelumnya adalah dalam pengambilan keputusan yang diambil yang berdasarkan nilai-nilai kebijakan universal dan bertanggung jawab dalam kaitannya dengan dilema etika dan bujukan moral sangat tergantung kepada pribadi masing-masing. Pribadi yang baik akan menghasilkan keputusan yang baik dan berdampak positif pada anak. Kompetensi tentang filosofis pendidikan KHD, nilai-nilai dan peran GP, paradigma pendidikan, pembelajaran berdiferensiasi, KSE, dan coaching merupakan fundamen yang baik dan berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

  • Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Dalam pengambilan keputusan yang sulit,  terdapat dua jenis permasalahan yaitu dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika terjadi jika memilih salah satu dari 2 opsi yang secara moral benar akan tetapi saling bertentangan, Sedangkan bujukan moral terjadi jika keputusan yang dipilih benar atau salah. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran bujukan moral harus dihindari dan harus memilih yang benar sesuai dengan norma hukum yang berlaku. Pengambilan keputusan dalam dilema etika tentunya perlu pertimbangan khusus untuk mengurangi resiko dan berdampak pada anak dimasa depan.  Dilema etika dari waktu ke waktu  adalah tantangan berat yang harus  dihadapi. Dalam situasi situasi dilema etika ada nilai-nilai kebajikan mendasar yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. 

Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan menjadi : 1)  Individu lawan kelompok (individual vs community), 2) Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), 3) Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) dan 4) Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). 

Sedangkan  3 prinsip pengambilan keputusan adalah: 1)Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)  yang mengedapankan pada hasil akhir, 2) Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)  yang mengedepankan aturan atau prinsip yang mendalam, dan 3) Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)  yang mengedepankan pada rasa peduli.

Untuk pengujian tentang pengamblan keputusan yang rumit dalam dilema etika dan bujukan moral, dapat dilakukan dengan 9 langkah pengujian, yaitu : 1) Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, 2) menentukan siap yang terlibat dalam situasi ini, 3) kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, 4) pengujian benar atau salah, 5) benar lawan benar, 6) melakukan prinsip resolusi, 7) Invertigasi opsi trilema, 8) buat keputusan, dan 9) lihat lagi keputsan dan refleksikan. 

Hal – hal baru diluar dugaan yang ditemukan adalah : 1) dalam permasalahan dilema ternyata ada 2 jenis yaitu dilema etika dan bujukan moral, 2) terdapat 9 langkah pengujian keputusan, 3) terdapat opsi trilema yang ada selain dilema sebagai alternatif  pengambilan keputusan.

  • Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Pernah, dimana keputusan yang diambil tersebut berdasarkan rasa kepedulian, ini dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada seorang untuk memperbaiki dirinya secara sadar dari dalam dirinya. (care based-thinking). Perbedaannya adalah keputusan yang diambil tersebut tidak melalui 9 langkap pengambilan keputusan, dan tidak terpikirkan opsi trilema yang diambil sebagai salah satu alternatif.  Peninjauan kembali dan refleksi keputusan belum pernah dilakukan sebagai bagian dari  pengambilan keputusan selanjutnya.

  • Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Setelah mempelajari modul ini dampak yang didapatkan adalah mendapatkan wawasan tentang pengambilan keputusan yang berdasarkan nilai-nilai universal dan bertanggung jawab  baik dalam dilema etikan dan bujukan moral. Perubahan yang dialami sebelum mempelajari modul ini adalah : 1) keputusan yang diambil dominan pada rasa kasihan/ peduli (care based-thingking), 2) belum memiliki paradigma dan prinsip pengambilan keputusan, 3) belum melakukan langkah-langkah pengujian dan pengambilan keputusan, 4) belum terpikirkan  opsi trilema sebagai salah satu alternatif, dan 5) belum ada evaluasidan refleksi terhadap keputusan yang diambil untuk dijadikan pembelajaran dalam keputusan selanjutnya.

Setelah mempelajari modul ini perubahan yang saya alami sebagai pemimpin pembelajaran adalah: 1)    menggunakan paradigma dan prinsip pengambilan keputusan, 3) melakukan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Dengan demikian keputusan yang diambil bisa menjunjung nilai-nilai kebajikan universal dan bertanggung jawab.

  • Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, pasti akan dihadapkan pada kasus-kasus yang bersifat dilematis baik dilema etika atau bujukan moral. Dengan mempelajari modul ini akan sangat bermanfaat dalam mengambil suatu keputusan dengan mempertimbangkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian dalam pengambilan keputusan.   Dengan demikian keputusan yang diambil dapat  menjunjung nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada murid dan bertanggung jawab.

 

 Salam Guru Penggerak
Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan

2 komentar:

Pembelajaran Berdiferensiasi

  Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu m...